TEMA : Menanti belas kasihan Tuhan
Matius 9 : 35-38 → tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan
Manusia sering memberikan belas Kasihannya berdasarkan apa yang dilihat mata,tetapi Yesus tidak bisa dibohongi lewat penampilan kita.
Bagaimana menabur belas kasihan Tuhan ?
1. Kesungguhan hati/serius
Matius 20 : 29-34 → mereka tidak berpura-pura 2 Tawarikh 16 : 9 → mata Tuhan menjelajah untuk melimpahkan kekuatan Ibrani 11 : 6 → upah kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
2. Kerelaan hati berkurban/bukan terpaksa
Matius 15 : 32 → mereka berani meninggal semua hanya untuk mencoba 1 Tawarikh 28 : 9 → beribadah dengan rela hati Kisah Para Rasul 17 :11 → Firman yang membuat mereka lebih baik.
3. Ketetapan hati
Matius 14 : 14 → mereka memiliki ketetapan hati dalam mencari Tuhan Yohanes 8 : 31 → Kamu adalah benar-benar adalah murid-Ku Yosua 24 : 15 → kami dan seisi rumah kami akan beribadah
Tuhan Yesus memberkati

JANGKAUAN PANDANG JAUH KE DEPAN
Baca : Efesus 1:3-14"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Efesus 1:3
Banyak orang Kristen berurusan dengan Tuhan semata-mata hanya berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain mereka mencari Tuhan karena ingin mendapatkan sesuatu dari-Nya: kesembuhan, pekerjaan, usaha, bisnis, jodoh, keturunan dan sebagainya. Benar apa kata Tuhan Yesus: "...sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." (Yohanes 6:26). Kalau kita mencari Tuhan hanya untuk kepentingan kebutuhan jasmani, berarti kita tidak menganggap Tuhan Yesus sebagai yang terpenting dalam hidup kita; dan kalau kita menganggap bahwa Tuhan Yesus tak lebih hanya sebagai penyedia kebutuhan jasmani, maka bagi mereka yang kaya secara materi tidak merasa memerlukan Tuhan karena semua yang diperlukan telah terpenuhi. Mereka merasa bahwa tanpa Tuhan pun mereka dapat berhasil dan meraih apa yang diinginkan.
Orang percaya seharusnya arah pandangnya tidak semata-mata tertuju kepada berkat-berkat yang sifatnya jasmaniah, melainkan kita harus dapat melihat dengan jangkauan pandang yang jauh ke depan, bahwa ada berkat-berkat Tuhan yang jauh lebih bernilai dan berharga, yang sifatnya kekal, yaitu keselamatan dan kehidupan kekal. Orientasi berpikir kita akan memengaruhi kualitas kerohanian kita. Kalau yang kita pikirkan hanya tertuju kepada perkara-perkara duniawi semata kita pasti tidak punya upaya yang kuat untuk mengejar perkara-perkara rohani.
Sasaran hidup orang percaya adalah menjadi serupa dengan Kristus dan mencapai kedewasaan rohani yang penuh. "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya," (Roma 8:29) dan "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13). Rasul Paulus memperingatkan, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2).
Apalah artinya kita memiliki segala-galanya di dunia ini tapi pada akhirnya kita harus kehilangan berkat Tuhan yang sesungguhnya?

Keluarga dan Alkitab
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" [ II Timotius 3:15 ].
Ayat diatas menegaskan bahwa Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun orang kepada keselamatan. Membangun keluarga yang dapat mengekspresikan Allah yang adalah Keluarga Sejati, tidak mungkin terlepas dari peran Kitab Suci (Alkitab). Keluarga yang mengekspresikan Allah, tentu harus berlimpah dalam hikmat serta keselamatan Kristus. Disinilah Alkitab mendapatkan perannya yang sangat penting. Tetapi, apakah Alkitab itu, dan bagaimana Alkitab dapat memberi hikmat serta menuntun seseorang kepada keselamatan? Apakah setiap orang yang membaca Alkitab, sudah pasti memperoleh hikmat Kristus?
Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan karenanya tidak terdapat kesalahan didalamnya. Yang mungkin terjadi adalah orang memiliki sikap yang salah dalam membaca Alkitab. Tidak setiap orang yang membaca Alkitab, pasti memperoleh hikmat Kristus dan mengalami keselamatan. Injil Yohanes mencatat kesalahan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam mendekati Kitab Suci. Yohanes 5:39-40 menyatakan, "â€Ã‚¦walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu". Jadi, mungkin saja terjadi bahwa seseorang membaca Alkitab, namun tidak bertemu dengan Firman Yang Hidup itu yaitu Kristus Yesus.
Tetapi kita lihat bahwa peranan Alkitab dalam kehidupan Timotius, sangat efektif. Mengapa demikian? Kami percaya bahwa salah satu sebabnya adalah karena neneknya, Lois dan ibunya, Eunike adalah orang-orang yang memiliki iman yang tulus ikhlas (II Timotius 1:5). Sejak masa kecilnya, Timotius sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci. Keluarga Timotius adalah keluarga yang mencintai Alkitab. Keluarga yang mencintai Alkitab adalah keluarga yang bertumbuh didalam hikmat Kristus, dimana pada waktunya keluarga ini dapat mengekspresikan Allah. Tetapi kita lihat disini kuncinya bahwa baik nenek, ibu atau orang tua haruslah seorang yang beriman.
Bagaimana dengan keluarga-keluarga Kristen ? Apakah para orang tua adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Alkitab? Sudahkah anak-anak sejak masa kecilnya diperkenalkan dengan Alkitab? Perlu ditegaskan lagi disini bahwa suasana keluarga yang cinta Alkitab, harus diciptakan oleh para orang tua. Karena bapa berfungsi sebagai imam bagi keluarganya, maka kecintaan keluarga pada Alkitab menjadi tanggung jawabnya. Ini bukan berarti seorang bapa harus menjadi ahli teologi. Membaca Alkitab dan bertemu dengan berbagai aliran teologi, sangatlah disayangkan. Seorang bapa harus memiliki sikap sedemikian sehingga ketika ia mendekati Alkitab, maka ia bertemu dengan Firman Yang Hidup itu. Sikap yang benar dari seorang bapa terhadap Alkitab ini, akan menular pada seluruh anggota keluarga. Dengan demikian keluarga ini dibangun dalam hikmat Kristus, serta bertumbuh dalam keselamatanNya.

Ayat diatas menegaskan bahwa Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun orang kepada keselamatan. Membangun keluarga yang dapat mengekspresikan Allah yang adalah Keluarga Sejati, tidak mungkin terlepas dari peran Kitab Suci (Alkitab). Keluarga yang mengekspresikan Allah, tentu harus berlimpah dalam hikmat serta keselamatan Kristus. Disinilah Alkitab mendapatkan perannya yang sangat penting. Tetapi, apakah Alkitab itu, dan bagaimana Alkitab dapat memberi hikmat serta menuntun seseorang kepada keselamatan? Apakah setiap orang yang membaca Alkitab, sudah pasti memperoleh hikmat Kristus?
Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan karenanya tidak terdapat kesalahan didalamnya. Yang mungkin terjadi adalah orang memiliki sikap yang salah dalam membaca Alkitab. Tidak setiap orang yang membaca Alkitab, pasti memperoleh hikmat Kristus dan mengalami keselamatan. Injil Yohanes mencatat kesalahan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam mendekati Kitab Suci. Yohanes 5:39-40 menyatakan, "â€Ã‚¦walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu". Jadi, mungkin saja terjadi bahwa seseorang membaca Alkitab, namun tidak bertemu dengan Firman Yang Hidup itu yaitu Kristus Yesus.
Tetapi kita lihat bahwa peranan Alkitab dalam kehidupan Timotius, sangat efektif. Mengapa demikian? Kami percaya bahwa salah satu sebabnya adalah karena neneknya, Lois dan ibunya, Eunike adalah orang-orang yang memiliki iman yang tulus ikhlas (II Timotius 1:5). Sejak masa kecilnya, Timotius sudah diperkenalkan dengan Kitab Suci. Keluarga Timotius adalah keluarga yang mencintai Alkitab. Keluarga yang mencintai Alkitab adalah keluarga yang bertumbuh didalam hikmat Kristus, dimana pada waktunya keluarga ini dapat mengekspresikan Allah. Tetapi kita lihat disini kuncinya bahwa baik nenek, ibu atau orang tua haruslah seorang yang beriman.
Bagaimana dengan keluarga-keluarga Kristen ? Apakah para orang tua adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Alkitab? Sudahkah anak-anak sejak masa kecilnya diperkenalkan dengan Alkitab? Perlu ditegaskan lagi disini bahwa suasana keluarga yang cinta Alkitab, harus diciptakan oleh para orang tua. Karena bapa berfungsi sebagai imam bagi keluarganya, maka kecintaan keluarga pada Alkitab menjadi tanggung jawabnya. Ini bukan berarti seorang bapa harus menjadi ahli teologi. Membaca Alkitab dan bertemu dengan berbagai aliran teologi, sangatlah disayangkan. Seorang bapa harus memiliki sikap sedemikian sehingga ketika ia mendekati Alkitab, maka ia bertemu dengan Firman Yang Hidup itu. Sikap yang benar dari seorang bapa terhadap Alkitab ini, akan menular pada seluruh anggota keluarga. Dengan demikian keluarga ini dibangun dalam hikmat Kristus, serta bertumbuh dalam keselamatanNya.

MENGENALI DAN MENGEMBANGKAN POTENSI
Bacaan : Keluaran 6 : 27 – 7 : 13
“Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN : “Bukankah aku ini seorang yang tidak petah lidahnya, bagaimana mungkin Firaun akan mendengarkan aku?””
Keluaran 6 : 29
Sahabat Muda, saya punya cerita seperti ini : ada orang tua yang sudah banyak makan asam-garam dalam pelayanan berkata kepada saya dalam sebuah kesempatan begini “Pak Pendeta, pengalaman saya dalam melayani menunjukkan bahwa kita ini hanya sarung tangan Tuhan. Seperti dokter yang memakai sarung tangan dalam melakukan operasi, yang terlihat adalah sarung tangan, tetapi yang bekerja di balik sarung tangan itu adalah tangan dokter sendiri. Begitulah juga dengan kita. Kita ini ibarat sarung tangan Tuhan. Tuhanlah yang sesungguhnya berkarya melalui kita.”
Sahabat Muda, kita bisa belajar dari bacaan kita ini. Musa bukanlah orang yang pandai dan cakap berbicara. Namun, Allah memberikan kepercayaan kepada Musa untuk menghadap Firaun dan memimpin Israel keluar dari penindasan Mesir. Musa harus bernegosiasi dengan raja Mesin itu supaya ia membebaskan Israel. Tentu, tugas itu bukan sesuatu yang muda. Apalagi, Musa sendiri adalah buronan pemerintah Mesir. Ia melarikan diri karena membunuh prajurit Mesir. Namun, kini Musa harus kembali dan mengemban tugas yang tidak ringan. Karena itu, ia tidak sanggup. Namun, Allah melengkapi Musa dengan Harun. Harunlah yang akan menjadi juru bicaranya. Dua orang bersaudara ini dijadikan mitra oleh Allah dalam menunaikan misi Allah atas Israel. Allah yang memanggil mereka, maka Allah juga bekerja di dalam dan melalui mereka.
Sahabat Muda, kita mungkin sering merasa tidak berdaya seperti Musa karena kita menyadari keterbatasan dan kekurangan kita.
Sahabat Muda, Ingatlah bahwa Tuhan dapat memakai kita dalam segala keterbatasan yang kita miliki. Jarangan biarkan kekurangan menutupi karunia yang kita miliki. Selalu berserah dan andalkanlah Tuhan didalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Amen.
Disadur dari :
Youth for Christ, Sabtu, 17 Juni 2017

Kekuatan Seorang Wanita, Pribadi yang Allah Inginkan
Oleh: Kenia Oktavianie
"Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan." (Amsal 31:25)
Pagi itu di kelas "Teaching Children with Diverse Ability" ada sesuatu yang berbeda, sedikit mengusik hati saya, dan membuat saya tersentuh. Ya, seorang dosen tamu, Ms. Suzane membawakan kuliah pagi itu. Ia bukan seorang wanita biasa, ia wanita luar biasa. Bagi seorang pengidap "celebral palsy" atau "lumpuh otak" (suatu kondisi terganggunya fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, laju belajar, pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir) adalah suatu hal terlihat begitu sulit untuk menjadi seorang dosen, bahkan untuk sekedar menempuh pendidikan seperti layaknya orang pada umumnya.
Tapi wanita ini membuktikan kekuatannya, Ia bukan sekedar berusaha untuk bertahan hidup, melainkan ia dengan penuh tanggung jawab mengembangkan potensi yang Tuhan berikan atas hidupnya. Tuhan sama sekali tidak melepaskan ia dari keterbatasannya, Ia masih sulit untuk bicara, duduk di atas kursi roda, sulit untuk menggerakan tangan, tetapi ia memilih untuk dengan kuat menjalani hidup dan memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya.
Saya berpikir, mungkin jika saya berada dalam posisi beliau, saya tidak akan memilih untuk menjadi dosen. Betapa sulitnya bicara di depan banyak orang dengan keterbatasan yang saya punya. Betapa sulitnya untuk mengatur kelas, atau menilai tugas mahasiswa. Mungkin akan jauh lebih mudah, jika saya sekedar duduk manis di tempat tidur, lalu menunggu dilayani. Tidak akan ada yang menyalahkan saya, toh saya memang memiliki keterbatasan. Tetapi wanita ini berbeda, Ia melakukan segalanya. Menulis tegak bersambung, belajar di sekolah biasa, menjadi dosen, bahkan meneruskan pendidikannya ke tingkat master. Betapa saya melihat kegigihannya, kerja keras, dedikasi, dan cintanya pada Tuhan.
Satu kalimat yang saya ingat, berbunyi; "If people say you can't, God says You can!" Mungkin kalimat inilah yang memberikan kekuatan luar biasa bagi beliau untuk terus berjuang dan memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Allah memampukan dan memberikan kekuatan, sekalipun bukan kita lepas dari kerja keras dan air mata. Kegigihan dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Setiap orang dapat melihat bahwa ia sedang dalam proses menjadi wanita yang Allah inginkan. Ia sedang dalam proses memenuhi panggilan Allah dalam hidupnya, dan belajar untuk menjalani hari setapak demi setapak di jalan Allah.
Dari beliau saya belajar, bahwa seorang wanita harus memiliki kekuatan seperti itu. Kekuatan yang bersinar dan menyilaukan setiap orang yang melihatnya, sehingga mereka yang melihat mereka boleh melihat kemuliaan Tuhan melalui wanita. Mereka harus cukup lembut untuk dihancurkan, tapi cukup kuat untuk bangkit kembali dan memperbaiki kesalahan. Mereka harus sekuat baja yang tahan api dalam menghadapi tekanan, namun cukup lembut seperti tanah liat untuk dibentuk. Mereka harus cukup murni seperti emas, dan cukup tulus seperti merpati. Mereka harus berjalan dalam jalan Allah, dan merelakan dirinya untuk dibentuk menjadi wanita seperti yang Allah inginkan. Mereka harus cukup taat untuk menggenapi tujuan mereka diciptakan, menggenapi panggilan Allah.
Maka saya berdoa dengan sungguh, supaya dapat melihat wanita-wanita di sekitar saya bertumbuh menjadi wanita seperti yang Allah inginkan. Tidak akan mudah, pasti akan begitu sulit. Tapi bukankah dari kesulitan dan tekanan yang kita hadapi seharusnya membuat kita bertumbuh semakin sejalan dengan rencana Allah? Dibutuhkan kegigihan, perjuangan dan ketekunan yang terus menerus, serta hati yang percaya dan berharap pada Tuhan.
Dan saya berdoa agar setiap pria di sekitar saya dapat membantu kami untuk bertumbuh menjadi lebih lagi serupa dengan Kristus. Menjadi saudara dalam Kristus yang menopang, menguatkan, menjaga, dan menegur kami. Hingga pada akhirnya setiap kami bertumbuh dalam kepenuhan Kristus. Segala kemuliaan, hormat, dan pujian hanya bagi Allah kami yang hidup.
Ditulis bagi setiap mereka yang mengerti panggilan tertinggi seorang wanita, untuk memuliakan Allah.
Kenia Oktavianie
21 Maret 2012
21 Maret 2012
YANG BERULANG TAHUN MINGGU INI
Segenap Gembala,Majelis dan Jemaat mengucapkan selamat ulang tahun kepada :
● IBU ANGO yang berulang tahun pada tanggal 7 DESEMBER
† TUHAN YESUS MEMBERKATI †
Tidak ada komentar:
Posting Komentar