Selasa, 26 Juni 2018

Warta Jemaat 24 Juni 2018

Ringkasan Khotbah 3 Juni 2018

TEMA : Bagaimana  Sikap Kita Terhadap Berkat Tuhan?
AYAT POKOK :Ulangan.8:11-18
PEMBICARA : Pdt. Okky Filipus S.

Ulangan 8 :11-18 ➠jangan melupakan Tuhan Allahmu.ingat lah kepada Tuhan Allahmu yang memberi kamu kekuatan.

Kalau kita sampai saat ini masih ada bisa bernafas punya fasilitas ,dll semua karena berkat Tuhan.
Apa yang Tuhan mau setelah kita di berkati?
1) Jangan melupakan Tuhan.
Ulangan 8 :11 ➠hati-hatilah supaya jangan engkau melupakan Tuhan Allahmu dengan tidak berpegang pada perintah,peraturan, ketetapanNya.Ulangan 4 : 9 ➠tetapi waspadalah dan berhati hatilah supaya jangan engakau melupakan  hal-hal yang di lihat matamu.Ulangan 6 :12 ➠berhati hatilah supaya jangan engkau melupakan Tuhan.1 Samuel 13 : 13 ➠ kata samuel kepada saul perbuatanmu itu bodoh.engkau tidak mengikuti perintah Tuhan. 
2) Jangan engkau tinggi hati(melupakan Tuhan).
Ulangan 8 :14 ➠ jangan engkau tinggi hati sehingga engkau melupakan Tuhan.Yesaya 2:11 ➠orang yang sombong akan direndahkan dan orang yang angkuh akan ditundukan.Amsal 30 : 8-90 ➠ jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohonga.Mazmur 25 : 9 ➠ Dia membimbing orang-orang yang rendah hati.Yakobos 4 : 6 ➠kasih karunia yang di anugerahkanNya kepada kita lebih besar dari pada itu kerena itu Ia katakan: Allah menentang orang yang congkak.
3) jangan katakan karna kekuatanku. 
Ulangan 8:17 ➠jangan katakan dalam kekuasaan dan kekuatanku tangankulah yang membuat kekayaan ini.

Saudaraku kita ada sampai saat ini hanya karena berkat Tuhan bukan karena kekuatan dan kehebatan kita sebab itu sadarilah semua berkat yang kita punya hanya berasal dari Tuhan amin

TUHAN ADA DI PIHAK ORANG PERCAYA

Baca : Roma 8:31-39
"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"  Roma 8:31

Salah satu hal yang membanggakan dalam diri kita sebagai orang percaya adalah kita punya Tuhan yang tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendirian  (Ibrani 13:5), Dia Imanuel, Tuhan beserta kita.  Jika Tuhan ada di pihak kita,  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).

     Di depan kita tantangan semakin hari semakin berat, begitu pula dengan arus kehidupan duniawi yang begitu deras.  Jika kita tidak melekat kepada Tuhan dan berakar kuat di dalam Dia kita akan terseret dan tenggelam di dalamnya.  Belum lagi lawan kita yaitu Iblis,  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Ingat!  Iblis selalu mencari celah dan waktu yang tepat untuk menghancurkan kehidupan manusia, dan waktu yang tepat itu adalah ketika kita sedang lengah dan tak berjaga-jaga.  karena itu Tuhan menasihati,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kita tak perlu takut dan gentar menghadapi serangan Iblis,  "...sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Jika Tuhan ada di pihak orang percaya Iblis tidak akan punya kuasa lagi atas hidup kita, sebab Tuhan telah memberi kita otoritas untuk mengusirnya.  "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu."  (Lukas 10:19).

     Tak perlu kuatir dan cemas menghadapi dunia yang penuh goncangan ini, sebab kita menerima kerajaan yang tak tergoncangkan  (Ibrani 12:28).  Sekalipun badai hidup menerpa, percayalah bahwa Tuhan yang ada di pihak kita adalah Tuhan yang sanggup meneduhkan badai.  "dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang."  (Mazmur 107:29), dan  "Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu."  (Mazmur 91:7).

Tiada perkara yang mustahil dalam hidup ini jika Tuhan ada di pihak kita!

Bagaimana Menjadi Persembahan yang Hidup

Penulis : James Montgomery Boyce
Belum lama berselang saya membaca ulang novel indah karya Charles Dickens yang berjudul A Tale of Two Cities. Kota yang dimaksud tentunya adalah Paris dan London, dan menceritakan kejadian pada Revolusi Perancis, dimana ribuan orang yang tidak bersalah dihukum mati dengan pemenggalan kepala oleh pendukung pendukung revolusi. Sebagaimana biasa dengan cerita Dickens, alur ceritanya sangat kompleks, tapi mencapai klimaks yang tidak terlupakan dimana Sydney Carton, satu tokoh yang tidak disukai dalam cerita ini, menggantikan temannya Charles Darney, yang seharusnya dihukum mati di Bastille.
[block:views=similarterms-block_1]
Darney, yang telah dijatuhi hukuman mati, pergi dengan bebas, den Carton yang menggantikannya di tiang gantungan, berkata, "Ini adalah hal yang jauh, suatu tindakan yang jauh lebih baik yang kulakukan dari apapun yang pernah kuakukan; Ini adalah hal yang jauh, tempat peristirahatan yang jauh lebih baik yang kudatangi, dari apapun yang pernah kuketahui." Cerita itu ditulis dengan sangat indahnya sehingga tetap dapat membuatku menangis setiap kali membacanya, walaupun telah dibaca berulang kali. Ada perasaan terpesona yang dalam timbul sedemikian besarnya karena mengetahui pengorbanan hidup seseorang untuk orang lain. Itu adalah bukti paling besar dari cinta yang sejati.
Jika kita mencintai Yesus, kita akan mengorbankan hidup kita bagi-Nya. Yesus berkata, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat sahabatnya" (Yoh.15:13), dan la melakukannya bagi kita. la secara harafiah benar-benar melakukannya. Pengorbanan Sydney Carton bagi temannya hanyalah sebuah kisah belaka, sekalipun sangat menggugah, tapi Yesus sungguh-sungguh mati di kayu salib bagi penyelamatan kita. Sekarang, karena la mencintai kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita, demikian juga kita yang mencintai-Nya memberikan diri kita kepada-Nya sebagai "Persembahan yang hidup / living sacrifices".
Tapi ada perbedaan yang sangat besar antara pengorbanan yang Yesus lakukan dengan pengorbanan yang kita lakukan. Yesus mati menggantikan tempat kita untuk menanggung penghukuman Allah atas dosadosa kita sehingga kita tak perlu lagi menanggungnya. Pengarbanan kita, tidak sedikitpun sama seperti itu. Pengorbanan kita tidak merupakan penebusan atas dosa dalam arti apapun. Melainkan dalam arti bahwa kita sendirilah yang memutuskan pengorbanan kita yaitu mengorbankan diri kita sendiri. Itulah yang dikatakan Paulus ketika ia menulis, "karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Dalam pelajaran ini saya hendak mengungkapkan arti lebih dalam, dengan pertanyaan: Apa sebenarnya yang dimaksudkannya dan bagaimana kita melakukannya
Persembahan yang hidup.
Hal yang pertama sangat jelas. yaitu mempersembahkan yang hidup dan bukan yang mati. Ini merupakan ide baru di zaman Paulus, dan jelas telah dilupakan di zaman kini karena telah menjadi istilah yang sangat biasa. Di zaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pembunuhan. Di dalam praktek-praktek agama Yahudi, korban dibawa kehadapan imam, dosa dari orang yang membawa persembahan tersebut diakui atas korban dan dengan demikian secara simbolik memindahkan dosa-dosanya kepada korban yang dipersembahkan tersebut.
Kemudian korban tersebut dibunuh. Ini merupakan gambaran yang hidup yang mengingatkan kepada setiap orang bahwa "Upah dosa adalah maut" (Roma 6:23) dan bahwa keselamatan para pendosa digantikan secara substitusi. Di dalam gambaran pengorbanan tersebut, korban yang dipersembahkan mati menggantikan tempat manusia yang mempersembahkannya. Korban tersebut harus mati agar orang tersebut tidak mati mati. Tetapi sekarang, dengan ledakan kreativitas Iliahi yang diinspirasikan, Paulus mengatakan bahwa persembahan yang kita persembahkan adalah persembahan yang hidup, dan bukan yang mati. Sehingga sebagai hasilnya kita mempersembahkan hidup kita kepada Allah, sehingga kita "tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Dia, yang telah mati untuk kita dan telah dibangkitkan kembali" (2Kor. 5:15).
Persembahan yang dengan kehidupan yang hidup, ya. Tapi dengan kehidupan lama yang penuh dengan dosa dimana ketika kita hidup didalamnya, kita telah mati. Melainkan kita mempersembahkan kehidupan rohani yang baru yang telah diberikan kepada kita oleh Kristus. Robert Smith Candlish seorang pastor Skotlandia yang pernah hidup lebih dari 100 tahun yang lulu (1806-1873) telah meninggalkan beberapa pengajaran Alkitab yang indah. Satu set pengajarannya adalah mengenai Roma 12, dan didalamnya ada beberapa alinea yang akan kita refleksikan ke dalam kehidupan yang kita persembahkan kepada Allah. Kehidupan apa? tanya Candlish. "Bukan sekadar kehidupan binatang belaka yaitu kehidupan yang umum dari seluruh ciptaan dan termasuk ciptaan yang bergerak; Tidak sekadar, sebagai tambahannya, kehidupan yang inteligent (cerdas), yang menggambarkan kehidupan seluruh makhluk yang mampu berpikir dan mampu melakukan pemilihan yang bebas; tapi kehidupan rohani yaitu kehidupan yang memiliki arti yang tertinggi yang sebenarnya membutuhkan pertobatan yang dicapai melalui pengorbanan namun dinyatakan tak cukup, ketika mereka merasakan hal ini, maka mereka membutuhkan pengorbanan yang bersifat menebus.
Apa artinya ini, diatas segala hal, adalah bahwa kita harus menjadi orang-orang percaya jika kita ingin memberikan diri kita kepada Allah sebagaimana yang Ia inginkan. Orang lain mungkin memberikan kepada Allah, uang mereka atau waktu bahkan mungkin bekerja di lapangan pekerjaan agamawi, tapi hanya orang Kristen sajalah yang dapat memberikan kembali kepada Allah kehidupan barunya di dalam Kristus karena ia telah menerima terlebih dahulu. Sesungguhnya, ini hanya dapat terjadi karena kita telah dihidupkan di dalam Kristus sehingga kita dapat melakukannya atau bahkan kita dapat menginginkannya.
Mempersembahkan Tubuh
Hal kedua yang perlu kita lihat mengenai hakekat persembahan yang Allah kehendaki adalah meliputi pemberian tubuh kita kepada Allah. Beberapa buku-buku tafsiran kuno memberikan penekanan bahwa mempersembahkan tubuh berarti mempersembahkan seluruh totalitas kehidupan kita, seluruh aspek yang kita miliki. Calvin menulis, "Tubuh yang dimaksudkan bukan hanya kulit dan tulang-tulang, tapi seluruh totalitas yang membentuk tubuh kita." Walaupun ini benar bahwa kita harus mempersembahkan seluruh totalitas yang kita miliki, banyak buku tafsiran saat ini menolak kata tubuh ini dengan demikian mudahnya, padahal mereka mengetahui bagaimana Alkitab menekankan pentingnya tubuh kita. Sebagai contoh. Leon Morris berkata, "Paulus dengan sesungguhnya mengharapkan orang-orang Kristen mempersembahkan kepada Allah bukan hanya tubuh mereka saja tapi seluruh keberadaan mereka.Tapi harus selalu diingat bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan mengenai banyak hal Tubuh kita mungkin merupakan "senjata-senjata kebenaran" (6:13) dan "anggota Kristus" (1Kor. 6:15). Tubuh kita adalah "bait dari Roh Kudus" (1Kor.6:19); Paulus dapat berkata untuk menjadi "kudus baik di dalam tubuh maupun di dalam jiwa" (1Kor. 7:34). Ia mengetahui bahwa ada kemungkinan adanya yang jahat di dalam tubuh (tubuh dosa) tapi di dalam orang-orang percaya "tubuh yang penuh dosa" telah dibersihkan (6:6).
Di dalam arti yang lama, Robert Haldane berkata, "Yang dibicarakan oleh para rasul di sini adalah mengenai tubuh, dan tidak perlu menggalinya lebih dalam dari arti yang sebenarnya.Ini menunjukkan bahwa kepentingan melayani Tuhan dengan tubuh sama dengan melayani-Nya dengan jiwa". Paulus tidak menguraikan Roma 12 lebih mendalam kepada pengertian dari mempersembahkan tubuh kepada Allah "sebagai persembahan yang hidup," tapi kita tidak ditinggalkan di dalam kegelapan mengenai pengertian ini karena pemikiran ini bukanlah ide yang baru, bahkan tidak di Roma. Pemikiran ini telah muncul di pasal enam surat Roma. Di pasal itu Paulus berkata, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia" (vv, l2-14). Ini adalah kala pertama dimana Paulus berbicara soal persembahan, dan point yang ia buat ini sama dengan point yang dibuatnya kini yang berjudul, bahwa kita melayani Allah dengan mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya.
Dosa dapat menguasai kita melalui tubuh kita, tapi hal ini tidak perlu terjadi Sehingga, daripada mempersembahkan anggota-anggota tubuh kita sebagai alat dosa, kita mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata-senjata untuk melaksanakan kehendakNya. Secara praktikal kita perlu memikirkan hal ini dengan melibatkan anggot119ubuh kita yang spesifik
  • Akal kita.
    Saya memulainya dengan akal karena, walaupun kita berpikiran bahwa keberadaan kita sebesar akal kita dan memisahkan akal kita tersebut dari tubuh kita, sebenarnya akal kita merupakan bagian dari tubuh kita dan kemenangan yang kita perlukan dimulai disini. Saya mengingatkan saudara bahwa ini adalah titik permulaan dimana Paulus sendiri memulainya di ayat 2: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (penekanan pada kata mu).
    Apakah saudara pernah mempertimbangkan bahwa apapun yang saudara lakukan dengan akal saudara akan sangat menentukan pembentukan saudara sebagai seorang Kristen? Jika saudara hanya mengisi akal saudara dengan produk-produk kebudayaan sekular, saudara akan tetap bersifat sekular dan berdosa. Jika saudara mengisi kepala saudara dengan novel-novel "pop" yang tidak bermutu, saudara akan mulai hidup seperti karakter tak bermutu yang saudara baca. Jika saudara tidak melakukan apapun dan hanya menonton acara televisi, saudara akan mulai bertingkah seperti penjahat-penjahat dilayar televisi. Di lain pihak, jika saudara mengisi pemikiran dengan Alkitab dan buku-buku Kristen, melatihnya dengan percakapan-percakapan yang bermutu, dan mendisiplinkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan tajam tentang apa yang saudara lihat dan dengan membandingkannya dengan kebenaran Alkitab di dalam praktekpraktek dunia, saudara akan bertumbuh dalam kebajikan dan bertambah berguna bagi Allah. Untuk setiap buku sekular yang saudara baca, buatlah itu menjadi pendorong semangat saudara. Untuk membaca satu buku kristen yang bermutu, buku yang dapat membangun pemikiran rohani saudara.
  • Mafia dan telinga kita.
    Akal bukanlah satu-satunya bagian dari tubuh kita yang menerima dan menyaring pengaruh-pengaruh dan yang harus dipersembahkan kepada Allah sebagai senjata-senjata kebenaran. Kita juga menerima pengaruh-pengaruh dunia melalui mata dan telinga kita, dan ini juga, harus dipersembahkan kepada Allah. Seorang sosiolog mengatakan kepada kita bahwa pada abad ke 21 pemuda-pemuda rata-rata telah diserang oleh 300.000 pesan-pesan sponsor komersil, dimana seluruhnya mengatakan bahwa kesenangan individu adalah merupakan tujuan hidup. Alat-alat komunikasi moderen kita menampilkan perolehan "hal-hal tersebut" mendahului kebajikan. Kenyataannya, mereka tidak pernah menyebutkan tentang kebajikan sama sekali. Bagaimana saudara dapat bertumbuh dalam kebajikan jika saudara secara tetap menonton televisi atau membaca iklan-iklan tertulis atau mendengarkan siaran radio yang sekular ?
    Saya tidak mengarahkan kepada sistim penginjilan biara dimana saudara mundur dari segala bentuk kebudayaan, karena berpikir adalah jauh lebih baik menjaultinya daripada harus mati karenanya. Tapi kadangkadang masukan sekular harus diseimbangkan dengan masukan rohani. Tujuan lain yang sederhana untuk saudara adalah untuk menghabiskan waktu dengan mempelajari Alkitab, berdoa, dan pergi ke gereja sebanyak yang saudara habiskan untuk menonton televisi.
  • Lidah kita.
    Lidah juga merupakan bagian dari tubuh, dan apa yang kita lakukan dengannya adalah penting untuk kebaikan atau kejahatan. Yakobus, saudara Tuhan menulis, "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai suatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka" (Yak.3:6). Jika lidah saudara. tidak diberikan untuk Allah sebagai senjata kebenaran ditangan-Nya, hal pada konflik persenjataan untuk melakukan kejahatan dengan menggunakan lidahmu. Cukup lakukanlah dengan sedikit gosip atau fitnah maka semuanya akan tercipta.
    Yang saudara perlu lakukan adalah menggunakan lidah saudara untuk memuji dan melayani Allah. Untuk satu hal, saudara harus belajar bagaimana menceritakan Alkitab dengan menggunakannya. Saudara mungkin menghafal banyak nyanyian-nyanyian populer? Dapatkah saudara juga menggunakan lidah saudara untuk memberitakan perkataan Allah? Dan bagaimana dengan penyembahan? Saudara harus menggunakan lidah saudara untuk memuji Allah dalam lagu-lagu pujian dan lagu-lagu kristiani lainnya. Di atas seluruhnya, saudara harus menggunakan lidah saudara untuk menyaksikan kepada orang lain mengenai Pribadi dan Pekerjaan Yesus Kristus. Ini adalah tujuan untuk saudara jika saudara ingin bertumbuh dalam kebajikan: Gunakanlah lidah saudara sebanyak mungkin untuk menceritakan tentang Yesus kepada orang lain setiap saat.
  • Tangan dan kaki kita.
    Ada beberapa ayat-ayat penting dalam Alkitab mengenai tangan dan kaki. Dalam I Tes.4:11, Paulus mengatakan untuk bekerja dengan tangan kita sehingga kita dapat mencukupi diri sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah karni pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan dimata dunia luar dan tidak bergantung pada mereka." Dalam Ef 4:28, ia juga mengatakan kepada kita untuk bekerja sehingga kita dapat memberikan sesuatu kepada yang berkekurangan: "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang kekurangan."
    Sedemikian jauh kaki kita juga diperhatikan. Dalam Roma 10 Paulus menuliskan tentang pentingnya orang lain mendengar penginjilan, dengan berkata "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Rm. 10: l4-15). Apa yang saudara lakukan dengan tangan saudara? Ke mana kaki saudara membawa saudara? Apakah saudara mengijinkannya jika mereka membawa saudara ke tempat dimana Knstus ditolak dan dihina? Ke tempat dimana secara terbuka praktek-praktek dosa dilakukan? Apakah saudara menghabiskan lebih banyak waktu luang saudara di bar-bar yang panas atau tempat-tempat tercela lainnya? Di sana saudara tidak akan bertumbuh dalam kebaikan.
    Malah sebaliknya, saudara akan jauh dari kelakuan yang benar. Sebaliknya, biarkanlah kaki saudara memimpin saudara ke perkumpulan orang-orang yang mencintai dan melayani Tuhan. Atau, bila saudara pergi ke dalam dunia, biarlah hal tersebut menjadi pelayanan kepada dunia dan menjadi saksi bagi nama Kristus. Gunakanlah kaki dan tangan saudara bagi Dia. Untuk setiap pertemuan-pertemuan sekular yang saudara hadiri, jadikanlah menjadi dorongan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan Kristen juga. Dan jika saudara pergi ke pertemuan sekular, lakukanlah sebagai kesaksian bagi Firman-Nya dan lakukanlah untuk Tuhan Yesus Kristus.
Kata ketiga yang Paulus gunakan untuk menjelaskan arti persembahan pengorbanan yang kita lakukan untuk Allah adalah "suci". Pengorbanan apapun yang kita lakukan haruslah kudus. Yaitu, harus tanpa noda atau cacat dan hanya berpusat pada Allah. Yang kurang dari hal tersebut adalah merupakan penghinaaan kepada yang Terbesar, Allah yang Kudus kepada siapa setiap orang harus menyembah. Tapi seberapa jauh kita harus kudus -- kita yang telah ditebus "bukan dari barang-barang yang fana seperti perak atau emas .... melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus, darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" (1Pet l:18- 19). Petrus menjelaskan. "tetapi sebagaimana Ia yang memanggilmu adalah Kudus, maka kuduslah kamu dalam segala perbuatanmu; sebagaimana tertulis: "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (VV. 15-16). Pengarang Ibrani berkata, "Tanpa kekudusan tidak seorangpun melihat Allah" (Ibr 12:14). Ini adalah pusat dari perbincangan kita ketika kita berbicara tentang persembahan yang hidup. Atau dengan kata yang lain lagi, kekudusan adalah tujuan dari seluruh arahan kitab Roma. Kitab Roma berbicara tentang penyelamatan. Tapi, keselamatan tidak berarti bahwa Yesus mati menyelamatkan kita di dalam (in) dosa kita tetapi menyelamatkan kita dari (from) dosa.
Handley C.G. Moule melukiskan hal ini lebih baik. "Sebagaimana kita sedang mendekati peraturanperaturan tentang kekudusan dihadapan kita, biarlah kita sekali lagi mengumpulkan apa yang telah kita lihat di dalam zaman rasul-rasul, bahwa kekudusan adalah merupakan tujuan dan persoalan dari seluruh Injil. Hal ini merupakan "bukti hidup" merupakan pembuktian tentang seberapa jauh seseorang mengenal Yesus sebagai satusatunya jalan ke Surga. Bahkan lebih lagi; hal ini adalah ekspresi dari hidup; merupakan dasar dan tindakan dimana hidup seharusnya dijalankan.Kita yang sudah merupakan "orang-orang pilihan" dan "ditetapkan" untuk "menghasilkan buah" (Yoh 15:16), buah yang banyak dan tetap. Apakah ada subjek-subyek lain yang lebih banyak ditinggalkan / dilupakan dalam penginjilan di Amerik139120m zaman kini ketimbang kekudusan? Saya tidak berpikir demikian. Memang ada waktu dimana kekudusan merupakan hal serius yang dikejar oleh siapapun yang menamakan dirinya Kristen, dan bagaimana seseorang hidup dan apa yang ada di dalam seseorang merupakan hal yang sangat vital.
J.I. Packer menuliskan sebuah buku berjudul "Rediscovering Holliness" dimana ia meminta perhatian untuk hal ini. "Kaum Puritan mendesak agar seluruh aspek kehidupan dan hubungan-hubungan didalamnya harus "kudus bagi Allah". John Wesley mengatakan kepada dunia bahwa Tuhan telah membangkitkan kaum Metodis "untuk memercikkan kekudusan Alkitab keseluruh dunia". Phoebe Palmer, Handlev Moule, Andrew Murray, Jessie Penn Lewis, F.B. Meyer, Oswald Chambers, Hotrauus Bonar, Amy Carmichael dan L B.Maxwell hanyalah sedikit dari figure-figure yang memimpin kepada "kebangkitan kekudusan" yang menyentuh seluruh penginjilan kristiani antara abad pertengahan 19 dan pertengahan 20. Tapi sekarang? Didalam zaman kita, kekudusan adalah hal yang sangat dilupakan sebagai kualitas yang sangat penting bagi umat Kristen. Sehingga kita tidak mencoba untuk hidup kudus. Kita dengan pasti tahu apa artinya kudus. Dan kita tidak melihat kekudusan pada diri orang lain. Pendeta Robert Murray Mc.Cheney berkata, "keperluan terbesar dari umatku adalah kekudusan pribadiku." Tapi kekudusan seperti apa yang dilihat jemaat-jemaat pada diri pastor-pastor zaman kini? Pastinya ada. Mereka melihat kepada kepribadian yang menyenangkan, kepada kemampuan komumkasi yang baik, kemampuan administrative, dan hal-hal secular lainnya.
Seperti untuk diri kita sendiri, kita tidak mencari buku atau kaset agar menjadi kudus atau menghadiri seminar yang dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita lebih menginginkan informasi mengenai "Bagaimana menjadi bahagia," "Bagaimana membesarkan anak." "Bagaimana memperoleh kehidupan sexual yang indah," dan lain-lainnya. Untunglah kekurangan ini telah diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin rohani yang merasa terganggu dan telah memulai membahas pokok persoalannya. Saya menghargai buku karangan Packer sebagai buku yang sama baiknya dengan buku yang ditulis beberapa tahun sebelunuiya oleh Jerry Bridges yang berjudul "The Pursuit of Holiness / Pengejaran dari Hidup Suci". Ada juga cerita klasik yang sama dari seorang Bishop lnggris John Charles Ryle.
Menyenangkan Allah
Kalimat terakhir yang digunakan Paulus untuk menerangkan arti dari persembahan yang hidup adalah "menyenangkan Allah". Tapi ini juga merupakan kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan dalam pelajaran ini, karena tujuan utamanya adalah jika kita melakukan hal yang Paulus usulkan --sebutlah, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus untuk Allah" -- kita juga akan menemui bahwa apa yang telah kita lakukan adalah menyenangkan hati Allah atau diterima. Sangatlah mengagumkan saya bahwa Allah menemukan sesuatu yang mungkin dapat kita lakukan untuk menyenangkan-Nya. Tapi itulah kenyataannya. Perhatikan bahwa kata menyenangkan muncul dua kali dalam kalimat yang pendek itu. Kali pertama, yaitu apa yang kita lihat disini, menyatakan bahwa mempersembahkan diri kepada Allah adalah menyenangkan-Nya. Kali kedua, muncul di akhir ayat kedua, menyatakan bahwa ketika kita melakukan hal ini kita akan menemukan kehendak Allah dalam hidup kita yaitu untuk menyenangkan Allah sejauh dan sesempurna mungkin. Saya sadar bahwa kehendak Allah bagi saya merupakan hal yang menyenangkan - yaitu menyenangkan saya. Bagaimana mungkin tidak jika Allah adalah Allah yang Bijaksana dan Sumber kebaikan? Kehendak-Nya pasti adalah hal yang baik untuk saya. Tapi persembahan tubuh saya kepada-Nya juga menyenangkan hati-Nya -- ketika saya menyadari diri sebagai yang sangat berdosa, bebal dan yang tidak tulus hati walaupun didalam usaha yang terbaik sekalipun kenyataan ini sangat mengejutkan.
Namun inilah kenyataannya! Alkitab berkata bahwa untuk kebaikan kita harus berpikir sebagai hamba yang tidak berharga (Luk.17:10). Tapi juga dikatakan bahwa jika aku hidup bagi Yesus, mengembalikan kepada-Nya apa yang telah Ia berikan dulu kepada saya, maka suatu hari aku akan mendengar-Nya berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia! .... masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu!) (Mat.25: 21,23).

HIDUP BERARTI

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3 : 23)

Sahabat muda, saya punya cerita sepasang suami istri yang hidup bahagia walaupun mereka sudah lama menikah dan belum dikaruniai seorang anak. Setelah mereka menunggu bertahun-tahun, akhirnya sang istri hamil juga, bahkan ketika mereka memeriksakan kehamilan istrinya ke dokter. Dokter itu bilang bahwa anak yang ada dikandungan istrinya bakal kembar cowo cewe. Setelah 9 bulan belalu, kedua bayi itu lahir dengan selamat. Namun, dokter bilang kalau bayi perempuan yang dinamai Anne itu lemah dan hanya mampu hidup beberapa jam saja. Benar, 6 jam kemudian Anne meninggal dunia. Suami istri itu jelas sedih banget tapi mereka bilang kepada dokter kalau organ tubuh dari Anne akan didonorkan kepada dua bayi yang ada di rumah sakit itu, yang lagi membutuhkan donor dan yang lagi sedang sekarat. Alhasil dari bantuan donor organ tubuh Anne tersebut dua bayi itu bisa diselamatkan. Walaupun Anne hanya bisa hidup 6 jam saja, tapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa sekaligus. 

Sahabat muda, berapa umur sobat muda saat ini? Yang pasti, sobat muda punya banyak waktu dibandingkan dengan seorang bayi bernama Anne tadi. Namun, pertanyaannya adalah apa saja yang sudah sobat muda lakukan untuk sesama? Tuhan mengajarkan pada kita agar tidak Cuma hidup buat diri sendiri saja, tapi juga peduli dengan sesama. Tidak harus dalam perkara besar, dalam masalah yang menurut kita mungkin sepelepun, lakukan itu dengan segenap hati, seperti yang di katakana dalam Firman Tuhan “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” Kolese 3: 23. Kita semua pasti bisa dan mampu melakukannya, tapi maukah kita melakukannya?

Sahabat muda, ingatlah sepanjang kita masih diberi kesempatan untuk berbuat baik, maka lakukanlah itu! Rasul Paulus bilang “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang,….” Galatiga 6: 10. Kita tidak tahu sampai kapan kesempatan itu ada. Apakah kita akan dapat waktu banyak atau lebih pendek, itu bukan urusan kita. Sobat muda ayooooooo….mari kita mulai dari hal kecil dan dari sekitar kita. Biar orang bisa memuji Tuhan lewat perbuatan kita.

Akhir renungan ini saya mau bilang seperti apa yang dikatakan oleh Joan Baez seorang penyanyi “Kita tak bisa memilih bagaimana atau kapan kita meninggal. Tapi kita dapat memutuskan bagaimana sekarang kita hidup”. Sekarang sobat muda putuskanlah hidup sobat muda mau bagaimana? 

Tuhan memberkati kita semua. Amen.

You are here





Wanita di mata Allah

Ayat bacaan: Titus 2:3
================
“Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah”
Seorang teman saya pernah bercerita bahwa sahabatnya kecewa ketika memeriksakan istrinya yang hamil dan mengetahui bahwa anak yang dikandung ternyata berjenis kelamin wanita. Menurutnya anak perempuan itu tidak berharga. “Tidak bisa membawa nama keturunan dan lebih repot mengurusnya..” demikian katanya seperti yang dikutip teman saya itu. Dalam adat istiadat di beberapa suku bangsa mungkin memang seperti itu, demikian pula dalam beberapa kepercayaan. Status wanita seringkali dianggap lebih rendah dari pria. Hak-hak mereka terbatas, mereka berada dibawah kontrol suami sepenuhnya dan tidak lebih dari dayang-dayang atau bahkan robot yang bisa dikendalikan seenak hati. Ada seorang teman lainnya yang bercerita bahwa ia merasa bosan dengan kehidupannya setelah menikah. “Saya dilarang keluar sendiri, keluar bersama teman-teman bahkan sesama wanita sekalipun. Saya harus selalu di rumah, tidak boleh memakai internet, dan kalau mau keluar harus selalu bersamanya. Kalau tahu seperti ini, saya tidak mau menikah.” katanya dengan sedih. Ia termasuk orang yang langsung menikah tanpa pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, seperti yang dipercaya oleh sebagian kelompok masyarakat.
Ketika saya bertanya mengapa ia setuju untuk menikah, ia pun menjawab, “karena saya wanita dan saya tidak punya hak untuk menolak..” Saya tersentak dan berpikir, serendah itukah wanita di mata mereka? Bukankah wanita pun diciptakan oleh Tuhan secara istimewa sama seperti pria? Jika ya, tidakkah wanita pun punya hak-hak mereka sendiri setidaknya sebagai sesama manusia? Dalam kekristenan, wanita bukanlah dipandang sebagai “warga” atau “manusia” kelas dua yang posisinya rendah dan boleh direndahkan. Saya sendiri tidak pernah melarang istri saya untuk pergi bersama teman-teman atau keluarganya. Bagi saya, pernikahan bukanlah sesuatu yang membuat saya punya hak mengurung istri saya dalam sangkar dan menguasai mutlak hidupnya. Tidak, dan tidak akan pernah. Nyatanya kehidupan pernikahan saya bisa tetap indah dan harmonis, atau bahkan lebih baik dari hari ke hari.
Apakah mungkin Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah kaki pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya sahabat dari teman saya itu? Saya percaya tidak demikian. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNyaTidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual.
Tidakkah aneh apabila peribahasa mengatakan “surga ada dibawah telapak kaki ibu”, yang menempatkan ibu pada sebuah posisi yang sangat mulia, sementara di sisi lain wanita dianggap tidak punya hak untuk merasakan kebahagiaan? Haruskah seorang wanita ditindas, diatur dan dikuasai seenaknya oleh pria, dan dibedakan hak-haknya? Hari ini mari kita lihat bagaimana pandangan Tuhan mengenai penciptaan wanita dan apa sebenarnya tugas yang diberikan kepada kaum hawa.
Sejak awal kitab Kejadian dengan jelas Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18). TIDAK BAIK, IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, bukan objek untuk direndahkan, tetapi penolong. Lantas penolong yang bagaimana? Firman Tuhan mengatakan:penolong yang sepadan. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan dan bagaimana posisi sebenarnya dalam tujuan Tuhan menciptakan wanita.
Dalam Titus kita melihat adanya pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya: “Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah..” (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan “jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik.” Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu “mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya.” (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan “agar Firman Allah jangan dihujat orang.”  Rangkaian ayat-ayat ini menunjukkan satu hal: bahwa peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini.
Tidak hanya pria yang punya tugas mulia, wanita pun demikian pula. Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan bisa menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini. Itu bukan tugas sepele, dan jelas merupakan tugas terhormat. Terhormat, itu artinya wanita bukanlah diciptakan tanpa arti atau lebih rendah dibanding ciptaan Tuhan lainnya.
Membaca kembali ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kering dan gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita, bayangkan jika tidak ada ibu dan pendamping kita dalam meniti hidup. Wanita bukanlah diciptakan Tuhan sebagai mainan, perhiasan, boneka atau objek pelampiasan pria. Wanita boleh saja dianggap rendah oleh sebagian kelompok masyarakat, tapi hal itu jelas tidak berlaku dalam Kekristenan. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita.
Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Bagi yang punya anak wanita, mereka adalah anugerah yang indah dari Tuhan yang lebih dari layak untuk anda syukuri. Para wanita, embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.
Wanita diciptakan istimewa sebagai penolong yang sepadan, tidak lebih rendah, dan setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan pentingnya figur wanita dalam kehidupan
YANG BERULANG TAHUN MINGGU INI
Segenap Gembala,Majelis dan Jemaat mengucapkan selamat ulang tahun kepada :

● IBU LUSI HERTATI TAMBUNAN yang berulang tahun pada tanggal 26 JUNI
● VINCENT PAKPAHAN  yang berulang tahun pada tanggal 27 JUNI
● SDRA ERIOSIAN yang berulang tahun pada tanggal 27 JUNI
● LAURA WILIANA yang berulang tahun pada tanggal 27 JUNI

† TUHAN YESUS MEMBERKATI 

Sabtu, 16 Juni 2018

Warta Jemaat 17 Juni 2018

Ringkasan Khotbah 3 Juni 2018

TEMA : Melewati Kesukaran Hidup Bersama Dengan Tuhan
AYAT POKOK :Keluaran 14: 15-31 ;Keluaran 15:31
PEMBICARA : Pdt. Okky Filipus S.

Keluaran 14: 15-31 →Tuhan tidak pernah berubah ;Keluaran 15:31 → betapa besar perbuatan Tuhan terhadap kita.

Hidup ini bagaikan roda yang berputar kadang kita ada diatas kadang ada di bawa.Semua kita pasti pernah melewati kesukaran-kesukaran hidup.Mau melihat perbuatan Tuhan yang besar bagi kita?

Ada  4 hal  yang perlu di miliki untuk dapat melewati kesukaran .
1). Undang dan pelihara hadirat Tuhan.
Keluaran 14:19-20,24 →malaikat Tuhan menjagai bangsa israel siang dan malam.Imamat 26:12 →Tuhan hadil di tengah-tengah kehidupan kita.Imamat 26:1-3 → berpegang pada perintah Tuhan.Roma 8:31 →Allah di pihak kita.
2).Pakai kuasa dan otoritas dari Tuhan.
Keluaran 14:21 → Tuhan menyertai pejalan bangsa israel.Yohanes 1:12 →kita sudah di beri kuasa untuk menjadi anak Allah.Markus 3 :15 → diberi kuasa.Efesus 1:19 → betapa hebat kuasa Tuhan.
3).Hidup di dalam ketaatan. 
Keluaran 14:26 → berfirmanlah Tuhan kepada musaHari hari ini Tuhan mencari orang yang taat.Yosua 6:2 →ketaatan memiliki pengaruh yang luar biasa. Hakim-hakim 7:2 → berfirmanlah Tuhan kepada Gideon 
4).Iman yang bertumbuh 
Keluaran 14:31 →bertapa besar perbuatan Tuhan.Matius 9:29 → jadilah menurut imanmu.Roma 10:17 →Iman timbul dari pendengaran.

Sebab itu mari ke 4 hal ini harus kita meliki agar kita dapat melewati kesukaran hidup kita amin.

KASIH HARUS DIEKSPRESIKAN

Baca : 1 Yohanes 3:11-18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."  1 Yohanes 3:18

Alkitab menyatakan bahwa di masa-masa akhir ini  "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12).  Orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena fokus hidupnya adalah untuk diri sendiri.  Kata kasih acapkali hanya sekedar slogan yang tak berhenti digembar-gemborkan tapi tak ada wujud nyata.  Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kasih yang dipendam itu tak lebih dari sebuah kebohongan.  Jadi kasih itu harus diekspresikan dalam sebuah tindakan nyata.

     Dalam kehidupan Kristiani mengasihi itu bukanlah perbuatan pilihan atau perbuatan manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tetapi perbuatan wajib yang harus menjadi bagian hidup kita.  Pada dasarnya perbuatan kasih meliputi tiga kepedulian yaitu peduli pada penderitaan orang lain, peduli pada kebutuhan orang lain dan peduli pada keselamatan orang lain.  Bagaimana seharusnya kita mengekspresikan kasih itu?  1.  Jangan membalas kejahatan dengan yang jahat.  "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut."  (ayat 13-14).  Kalau orang dunia berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan, firman Tuhan mengajarkan:  "...supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang."  (1 Tesalonika 5:15).  Kehendak Tuhan adalah kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan  (Roma 12:21).

     2.  Suka menolong orang lain.  "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"  (ayat 17).  Banyak orang suka menunda-nunda menolong orang lain, dengan alasan untuk kebutuhan sendiri saja belum cukup.  "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya."  (Amsal 3:27).

Orang percaya yang tidak memraktekkan kasih sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing  (1 Korintus 13:1).

Melayani Tuhan vs Melayani Pekerjaan Tuhan


Oleh: Kenia Oktaviani
Semester ini hidup saya diwarnai dengan list pelayanan yang begitu panjang. Ada begitu banyak hal yang terjadi di luar prediksi saya, ketika menerima tanggung jawab pelayanan. Deretan list yang harus saya kerjakan setiap harinya membuat saya begitu lelah.
Inilah awalnya mengapa saya begitu bergumul tentang apa makna pelayanan yang sebenarnya. Siang itu, saya membaca artikel yang berisi pertanyaan : "Apakah saya melayani Tuhan atau melayani pekerjaan Tuhan?" Pertanyaan ini mengusik hati saya, membuat saya bergumul dan terus memeriksa hati saya. Sebenarnya apa yang selama ini saya kerjakan? Benarkah yang saya kerjakan pada hakikatnya adalah untuk menyenangkan Tuhan?
Untuk menjawab hal ini, saya bertanya kepada beberapa orang yang saya kenal, tentang perbedaan melayani Tuhan dan sekedar melayani pekerjaan Tuhan. Dua orang teman saya menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang sangat mirip dan begitu menegur saya.
Perbedaannya terletak pada fokus hati kita. Melayani Tuhan berfokus pada mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan, sedangkan melayani pekerjaan Tuhan berfokus pada menyelesaikan list-list pekerjaan pelayanan. Melayani Tuhan menghasilkan buah-buah roh, melayani pekerjaan Tuhan menghasilkan kelelahan yang panjang. Melayani Tuhan tidak menuntut penghargaan, melayani pekerjaan Tuhan menuntut pengakuan.
Seringkali seorang Kristen terjebak dalam dilema kedua hal ini. Sulit untuk membedakan keduanya ketika kita disibukkan dengan begitu banyak aktivitas dan rutinitas pelayanan. Sulit untuk memiliki waktu sejenak, berfleksi, dan menggumulkan sebenarnya di posisi mana kita berdiri, khususnya ketika begitu banyak tuntutan pelayanan yang harus kita kerjakan. Melayani Tuhan menjadi begitu melelahkan dan menguras emosi. Melayani Tuhan agaknya menjadi beban yang harus dipikul orang percaya setiap harinya.
Saya mulai bergumul bagaimana saya bisa keluar dari dilema ini. Saya menemukan bahwa sesungguhnya tidak ada yang salah dengan banyaknya pekerjaan pelayanan yang saya harus kerjakan. Tidak ada yang salah dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada saya. Yang menjadi persoalannya adalah dari titik point mana saya berpijak? Sudahkah saya melihat pelayanan dengan konsep pola pikir yang benar?
Lukas 17 membantu saya merefleksikan hal ini sejenak.
(7) Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Bagaimana kita melihat diri kita di hadapan Tuhan? Apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya posisi kita di hadapan Tuhan adalah sebagai seorang hamba? Saya berhutang, Anda berhutang, kita berhutang terlalu banyak kepada Allah. Penebusannya di kayu salib adalah anugerah yang seharusnya tidak layak kita terima. Pantaskah seorang hamba mengharapkan terima kasih setalah ia melakukan apa yang seharusnya memang ia kerjakan?
Kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan, bukankah kata- kata ini yang seharusnya terus terngiang-ngiang setiap kali kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan? Dan lebih dari itu, bukankah kesempatan ini adalah anugerah? Kenyataannya Allah dapat memakai siapa saja, bahkan apa saja untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Bukankah suatu anugerah untuk berbagian dalam pekerjaan pelayanan Tuhan? Pernahkah justru kita membalik pertanyaan kita dari "Mengapa saya yang harus melakukan pekerjaan-pekerjaan ini?" menjadi "mengapa Tuhan memilih saya untuk mengerjakannnya?"
Kelelahan, kekecewaan, keputusasaan, bahkan perasaan frustasi sangat mungkin terjadi ketika kita melayani Tuhan. Tapi maukah kita mengambil keputusan untuk sekedar menilik kembali posisi di mana seharusnya kita berdiri, dan melihat semua tanggung jawab sebagai anugerah yang dipercayakan kepada kita? Melayani Tuhan bukan beban, melayani Tuhan adalah kesempatan dan anugerah.
Pada akhirnya, marilah kita terus memiliki kerinduan, untuk ketika kita berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan kelak, kita dapat mendengar Ia memanggil kita dengan sebutan; Hai hambaku yang baik dan setia. Mari tunaikan tugas pelayanan dengan gentar, semata-mata karena anugerah Tuhan. :)

PEMUDA KRISTIANI: Aset Berharga!


Baca:  2 Timotius 2:14-26

"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." 2 Timotius 2:22
Pemuda adalah tulang punggung bangsa; di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan. Begitu juga pemuda dalam kehidupan kekristenan. Keberadaan komunitas muda di dalam gereja harus menjadi perhatian utama semua pihak karena pemuda adalah aset yang sangat berharga, dan masa depan gereja ada di pundak mereka.

Jika melihat perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat, adalah suatu keharusan bagi kita untuk bisa menjaga dan menggembalakan anak-anak muda Kristiani sedemikian rupa supaya mereka tidak terseret oleh arus dunia ini dan tenggelam di dalamnya. Kita tahu bahwa anak-anak muda memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren yang ada. Itu dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar dan juga demi memperoleh identitas diri. Jika tidak mengikuti tren yang ada mereka dianggap kuno, gak gaul. Akhirnya mereka pun tidak kuasa menolak ajakan teman. Inilah yang sangat berbahaya. Banyak sekali kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak muda: mulai dari tawuran antarpelajar, geng motor, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Pengaruh-pengaruh negatif itu bermula dari pergaulan antarteman. Alkitab jelas menyatakan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Adalah tugas yang tidak mudah bagi keluarga-keluarga Kristen untuk memperhatikan sepak terjang anak-anak mereka saat berada di luar rumah. Kita harus tahu dengan siapa mereka membangun persahabatan. Dikatakan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Karena itu kita harus secara cermat menyeleksi setiap pengaruh yang masuk: mana yang baik dan mana yang buruk agar kehidupan anak-anak muda tetap terjaga dan tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.

Iblis tahu benar bahwa usia muda adalah usia yang sangat rawan; tak henti-hentinya ia melepaskan panah apinya dan berusaha memperdaya anak muda dengan menawarkan segala kenikmatan dunia ini, dengan harapan mereka semakin terlena dan semakin jauh dari Tuhan.

You are here





WANITA BIJAK YANG TAKUT AKAN TUHAN

Renungan Harian untuk Rumah Tangga / Wanita Kristen, Bahan Bacaan : 
1.  Efesus 5:22-24
2.  Kolose 3:18
3.  I Petrus 3:1-6

Dalam kehidupan kekristenan seorang wanita ada satu perintah yang sebenarnya sudah kita ketahui namun kita masih harus terus berjuang dalam melakukannya. Perintah itu adalah penundukan diri kepada suami. Tak dapat disangkal memang hal ini sangat sulit bagi kita sebagai seorang wanita juga isteri untuk melakukannya namun dibalik itu tersedia berkat yang besar dari Tuhan ketika kita bersedia melakukannya.

Dalam Efesus 5:22-24 di katakan bahwa :
“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat taat kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”

Selanjutnya pada Kolose 3:18 juga dikatakan : 
“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”

Penundukan diri bukan berarti isteri berada di bawah posisi suami tetapi yang dimaksudkan disini adalah bahwa isteri rela menempatkan diri di bawah kepemimpinan suami.  Namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali masing-masing pihak dipaksa untuk menundukan diri dan yang lain dipaksa untuk mengasihi. Itu sebabnya sering terjadi keributan di dalam keluarga bahkan tidak jarang berujung pada perpecahan di antara anggota keluarga.

Menundukan diri berarti mempercayai bahwa perintah yang diberikan Allah tersebut adalah baik adanya bagi kehidupan kita. Nah, bagaimana caranya agar kita dapat melaksanakan perintah Allah tersebut ??? Pasti lah kita menganggap hal itu berat, tapi dengan selalu melihat kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan maka Tuhan akan memberikan kita Hikmat dan kekuatan bagi kita untuk melaksanakan perintah Nya tersebut.
1 Yohanes 5:3 mengatakan : “ sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat. ” 
Jadi kunci agar kita bisa melaksanakan firman Allah yakni penundukan diri kepada suami adalah:

1.  Kita harus setuju dulu dengan Firman Allah bahwa kasih akan menolong kita untuk memiliki iman bahwa perintah Allah tidak berat. Sekalipun kita merasa sulit melakukannya namun jika kita memiliki sikap hati setuju dengan firman Allah maka ini adalah langkah awal yang baik untuk menjadi pelaku Firman.

2.   Memiliki roh yang lemah lembut dan tentram. Lemah lembut yang dimaksud disini bukan gemulai melainkan sabar, tidak menuntut haknya dan mau mengalah. Sedangkan memiliki roh yang tentram artinya menyadari bahwa sebagai isteri kita adalah pembawa kedamaian.

Lakukanlah perintah Tuhan maka kita akan melihat ada anugerah Tuhan yang kita untuk melakukan fungsi kita sebagai isteri. Berkat di balik penundukan diri itu luar biasa, kita bisa melihat contoh pada sosok Sarah, isteri Abraham ( Kejadian 12:14-17) ketaatan Sarah membuat ia melihat pembelaan Tuhan dalam hidupnya, inilah mukjizat penundukan diri. Semakin kita tidak menundukan diri, kita tidak akan melihat mukjizat bahkan hati kita akan semakin pahit.

Walaupun suami kita belum hidup taat kepada firman Tuhan namun kita tetap wajib menundukan diri kita kepada suami, mengapa?? Supaya suami kita dimenangkan oleh perilaku kita dan bukan oleh kata-kata kita. Apabila suami kita taat pada firman Allah maka jadikan ia sebagai imam dan kepala rumah tangga yang saleh. Sebagai isteri kita harus terus menundukan diri dengan cara mendorong suami untuk hidup saleh.

Penundukan diri adalah jati diri seorang isteri, walaupun sebagai isteri kita hebat (tingkat pendidikan kita lebih tinggi dari suami, penghasilan kita lebih besar dari suami, jabatan kita lebih tinggi dari suami dll nya) tidak berarti kita yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga atau menjadi pemimpin suami. Tapi muncul pertanyaan, bagaimana jika suami bukanlah tipe pemimpin?? Kita harus tetap mengambil posisi di belakangnya untuk mendukungnya. Jati diri seorang isteri adalah menjadi seorang penolong yang sepadan bagi suami.

Jati diri kita sebagai wanita adalah sebagai tulang rusuk yang menuntut kita untuk tidak memberontak. Janganlah kita mempertahankan hak agar tidak muncul dosa pemberontakan, milikilah sikap sebagai hamba Allah sejati.
Jika kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, inilah janji firman Tuhan : Jika kita menabur dengan mencucurkan air mata maka sesuai dengan janjiNya maka kita akan menuai dengan sorak sorai! Amien.jerih lelah tidak akan sia-sia bersama Tuhan.
YANG BERULANG TAHUN MINGGU INI
Segenap Gembala,Majelis dan Jemaat mengucapkan selamat ulang tahun kepada :
ANGELIA CALLISTA KHO yang berulang tahun pada tanggal 17 JUNI
● IBU FITRIANI/AING  yang berulang tahun pada tanggal 21 JUNI
● IBU SUHERTINI  yang berulang tahun pada tanggal 21 JUNI

† TUHAN YESUS MEMBERKATI 

Warta Jemaat 16 September 2018

Ringkasan Khotbah 9 September 2018 TEMA  : Kehadiran Allah dalam rumah kita AYAT POKOK  : Keluaran 25:10-22 PEMBICARA  :  Pdt. O...

Popular Posts