Sabtu, 16 Juni 2018

Warta Jemaat 17 Juni 2018

Ringkasan Khotbah 3 Juni 2018

TEMA : Melewati Kesukaran Hidup Bersama Dengan Tuhan
AYAT POKOK :Keluaran 14: 15-31 ;Keluaran 15:31
PEMBICARA : Pdt. Okky Filipus S.

Keluaran 14: 15-31 →Tuhan tidak pernah berubah ;Keluaran 15:31 → betapa besar perbuatan Tuhan terhadap kita.

Hidup ini bagaikan roda yang berputar kadang kita ada diatas kadang ada di bawa.Semua kita pasti pernah melewati kesukaran-kesukaran hidup.Mau melihat perbuatan Tuhan yang besar bagi kita?

Ada  4 hal  yang perlu di miliki untuk dapat melewati kesukaran .
1). Undang dan pelihara hadirat Tuhan.
Keluaran 14:19-20,24 →malaikat Tuhan menjagai bangsa israel siang dan malam.Imamat 26:12 →Tuhan hadil di tengah-tengah kehidupan kita.Imamat 26:1-3 → berpegang pada perintah Tuhan.Roma 8:31 →Allah di pihak kita.
2).Pakai kuasa dan otoritas dari Tuhan.
Keluaran 14:21 → Tuhan menyertai pejalan bangsa israel.Yohanes 1:12 →kita sudah di beri kuasa untuk menjadi anak Allah.Markus 3 :15 → diberi kuasa.Efesus 1:19 → betapa hebat kuasa Tuhan.
3).Hidup di dalam ketaatan. 
Keluaran 14:26 → berfirmanlah Tuhan kepada musaHari hari ini Tuhan mencari orang yang taat.Yosua 6:2 →ketaatan memiliki pengaruh yang luar biasa. Hakim-hakim 7:2 → berfirmanlah Tuhan kepada Gideon 
4).Iman yang bertumbuh 
Keluaran 14:31 →bertapa besar perbuatan Tuhan.Matius 9:29 → jadilah menurut imanmu.Roma 10:17 →Iman timbul dari pendengaran.

Sebab itu mari ke 4 hal ini harus kita meliki agar kita dapat melewati kesukaran hidup kita amin.

KASIH HARUS DIEKSPRESIKAN

Baca : 1 Yohanes 3:11-18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."  1 Yohanes 3:18

Alkitab menyatakan bahwa di masa-masa akhir ini  "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."  (Matius 24:12).  Orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena fokus hidupnya adalah untuk diri sendiri.  Kata kasih acapkali hanya sekedar slogan yang tak berhenti digembar-gemborkan tapi tak ada wujud nyata.  Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kasih yang dipendam itu tak lebih dari sebuah kebohongan.  Jadi kasih itu harus diekspresikan dalam sebuah tindakan nyata.

     Dalam kehidupan Kristiani mengasihi itu bukanlah perbuatan pilihan atau perbuatan manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tetapi perbuatan wajib yang harus menjadi bagian hidup kita.  Pada dasarnya perbuatan kasih meliputi tiga kepedulian yaitu peduli pada penderitaan orang lain, peduli pada kebutuhan orang lain dan peduli pada keselamatan orang lain.  Bagaimana seharusnya kita mengekspresikan kasih itu?  1.  Jangan membalas kejahatan dengan yang jahat.  "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut."  (ayat 13-14).  Kalau orang dunia berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan, firman Tuhan mengajarkan:  "...supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang."  (1 Tesalonika 5:15).  Kehendak Tuhan adalah kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan  (Roma 12:21).

     2.  Suka menolong orang lain.  "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?"  (ayat 17).  Banyak orang suka menunda-nunda menolong orang lain, dengan alasan untuk kebutuhan sendiri saja belum cukup.  "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya."  (Amsal 3:27).

Orang percaya yang tidak memraktekkan kasih sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing  (1 Korintus 13:1).

Melayani Tuhan vs Melayani Pekerjaan Tuhan


Oleh: Kenia Oktaviani
Semester ini hidup saya diwarnai dengan list pelayanan yang begitu panjang. Ada begitu banyak hal yang terjadi di luar prediksi saya, ketika menerima tanggung jawab pelayanan. Deretan list yang harus saya kerjakan setiap harinya membuat saya begitu lelah.
Inilah awalnya mengapa saya begitu bergumul tentang apa makna pelayanan yang sebenarnya. Siang itu, saya membaca artikel yang berisi pertanyaan : "Apakah saya melayani Tuhan atau melayani pekerjaan Tuhan?" Pertanyaan ini mengusik hati saya, membuat saya bergumul dan terus memeriksa hati saya. Sebenarnya apa yang selama ini saya kerjakan? Benarkah yang saya kerjakan pada hakikatnya adalah untuk menyenangkan Tuhan?
Untuk menjawab hal ini, saya bertanya kepada beberapa orang yang saya kenal, tentang perbedaan melayani Tuhan dan sekedar melayani pekerjaan Tuhan. Dua orang teman saya menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang sangat mirip dan begitu menegur saya.
Perbedaannya terletak pada fokus hati kita. Melayani Tuhan berfokus pada mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk kita kerjakan, sedangkan melayani pekerjaan Tuhan berfokus pada menyelesaikan list-list pekerjaan pelayanan. Melayani Tuhan menghasilkan buah-buah roh, melayani pekerjaan Tuhan menghasilkan kelelahan yang panjang. Melayani Tuhan tidak menuntut penghargaan, melayani pekerjaan Tuhan menuntut pengakuan.
Seringkali seorang Kristen terjebak dalam dilema kedua hal ini. Sulit untuk membedakan keduanya ketika kita disibukkan dengan begitu banyak aktivitas dan rutinitas pelayanan. Sulit untuk memiliki waktu sejenak, berfleksi, dan menggumulkan sebenarnya di posisi mana kita berdiri, khususnya ketika begitu banyak tuntutan pelayanan yang harus kita kerjakan. Melayani Tuhan menjadi begitu melelahkan dan menguras emosi. Melayani Tuhan agaknya menjadi beban yang harus dipikul orang percaya setiap harinya.
Saya mulai bergumul bagaimana saya bisa keluar dari dilema ini. Saya menemukan bahwa sesungguhnya tidak ada yang salah dengan banyaknya pekerjaan pelayanan yang saya harus kerjakan. Tidak ada yang salah dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepada saya. Yang menjadi persoalannya adalah dari titik point mana saya berpijak? Sudahkah saya melihat pelayanan dengan konsep pola pikir yang benar?
Lukas 17 membantu saya merefleksikan hal ini sejenak.
(7) Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Bagaimana kita melihat diri kita di hadapan Tuhan? Apakah kita menyadari bahwa sesungguhnya posisi kita di hadapan Tuhan adalah sebagai seorang hamba? Saya berhutang, Anda berhutang, kita berhutang terlalu banyak kepada Allah. Penebusannya di kayu salib adalah anugerah yang seharusnya tidak layak kita terima. Pantaskah seorang hamba mengharapkan terima kasih setalah ia melakukan apa yang seharusnya memang ia kerjakan?
Kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan, bukankah kata- kata ini yang seharusnya terus terngiang-ngiang setiap kali kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan? Dan lebih dari itu, bukankah kesempatan ini adalah anugerah? Kenyataannya Allah dapat memakai siapa saja, bahkan apa saja untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Bukankah suatu anugerah untuk berbagian dalam pekerjaan pelayanan Tuhan? Pernahkah justru kita membalik pertanyaan kita dari "Mengapa saya yang harus melakukan pekerjaan-pekerjaan ini?" menjadi "mengapa Tuhan memilih saya untuk mengerjakannnya?"
Kelelahan, kekecewaan, keputusasaan, bahkan perasaan frustasi sangat mungkin terjadi ketika kita melayani Tuhan. Tapi maukah kita mengambil keputusan untuk sekedar menilik kembali posisi di mana seharusnya kita berdiri, dan melihat semua tanggung jawab sebagai anugerah yang dipercayakan kepada kita? Melayani Tuhan bukan beban, melayani Tuhan adalah kesempatan dan anugerah.
Pada akhirnya, marilah kita terus memiliki kerinduan, untuk ketika kita berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan kelak, kita dapat mendengar Ia memanggil kita dengan sebutan; Hai hambaku yang baik dan setia. Mari tunaikan tugas pelayanan dengan gentar, semata-mata karena anugerah Tuhan. :)

PEMUDA KRISTIANI: Aset Berharga!


Baca:  2 Timotius 2:14-26

"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." 2 Timotius 2:22
Pemuda adalah tulang punggung bangsa; di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan. Begitu juga pemuda dalam kehidupan kekristenan. Keberadaan komunitas muda di dalam gereja harus menjadi perhatian utama semua pihak karena pemuda adalah aset yang sangat berharga, dan masa depan gereja ada di pundak mereka.

Jika melihat perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat, adalah suatu keharusan bagi kita untuk bisa menjaga dan menggembalakan anak-anak muda Kristiani sedemikian rupa supaya mereka tidak terseret oleh arus dunia ini dan tenggelam di dalamnya. Kita tahu bahwa anak-anak muda memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren yang ada. Itu dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar dan juga demi memperoleh identitas diri. Jika tidak mengikuti tren yang ada mereka dianggap kuno, gak gaul. Akhirnya mereka pun tidak kuasa menolak ajakan teman. Inilah yang sangat berbahaya. Banyak sekali kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak muda: mulai dari tawuran antarpelajar, geng motor, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Pengaruh-pengaruh negatif itu bermula dari pergaulan antarteman. Alkitab jelas menyatakan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Adalah tugas yang tidak mudah bagi keluarga-keluarga Kristen untuk memperhatikan sepak terjang anak-anak mereka saat berada di luar rumah. Kita harus tahu dengan siapa mereka membangun persahabatan. Dikatakan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Karena itu kita harus secara cermat menyeleksi setiap pengaruh yang masuk: mana yang baik dan mana yang buruk agar kehidupan anak-anak muda tetap terjaga dan tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.

Iblis tahu benar bahwa usia muda adalah usia yang sangat rawan; tak henti-hentinya ia melepaskan panah apinya dan berusaha memperdaya anak muda dengan menawarkan segala kenikmatan dunia ini, dengan harapan mereka semakin terlena dan semakin jauh dari Tuhan.

You are here





WANITA BIJAK YANG TAKUT AKAN TUHAN

Renungan Harian untuk Rumah Tangga / Wanita Kristen, Bahan Bacaan : 
1.  Efesus 5:22-24
2.  Kolose 3:18
3.  I Petrus 3:1-6

Dalam kehidupan kekristenan seorang wanita ada satu perintah yang sebenarnya sudah kita ketahui namun kita masih harus terus berjuang dalam melakukannya. Perintah itu adalah penundukan diri kepada suami. Tak dapat disangkal memang hal ini sangat sulit bagi kita sebagai seorang wanita juga isteri untuk melakukannya namun dibalik itu tersedia berkat yang besar dari Tuhan ketika kita bersedia melakukannya.

Dalam Efesus 5:22-24 di katakan bahwa :
“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat taat kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”

Selanjutnya pada Kolose 3:18 juga dikatakan : 
“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”

Penundukan diri bukan berarti isteri berada di bawah posisi suami tetapi yang dimaksudkan disini adalah bahwa isteri rela menempatkan diri di bawah kepemimpinan suami.  Namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali masing-masing pihak dipaksa untuk menundukan diri dan yang lain dipaksa untuk mengasihi. Itu sebabnya sering terjadi keributan di dalam keluarga bahkan tidak jarang berujung pada perpecahan di antara anggota keluarga.

Menundukan diri berarti mempercayai bahwa perintah yang diberikan Allah tersebut adalah baik adanya bagi kehidupan kita. Nah, bagaimana caranya agar kita dapat melaksanakan perintah Allah tersebut ??? Pasti lah kita menganggap hal itu berat, tapi dengan selalu melihat kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan maka Tuhan akan memberikan kita Hikmat dan kekuatan bagi kita untuk melaksanakan perintah Nya tersebut.
1 Yohanes 5:3 mengatakan : “ sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat. ” 
Jadi kunci agar kita bisa melaksanakan firman Allah yakni penundukan diri kepada suami adalah:

1.  Kita harus setuju dulu dengan Firman Allah bahwa kasih akan menolong kita untuk memiliki iman bahwa perintah Allah tidak berat. Sekalipun kita merasa sulit melakukannya namun jika kita memiliki sikap hati setuju dengan firman Allah maka ini adalah langkah awal yang baik untuk menjadi pelaku Firman.

2.   Memiliki roh yang lemah lembut dan tentram. Lemah lembut yang dimaksud disini bukan gemulai melainkan sabar, tidak menuntut haknya dan mau mengalah. Sedangkan memiliki roh yang tentram artinya menyadari bahwa sebagai isteri kita adalah pembawa kedamaian.

Lakukanlah perintah Tuhan maka kita akan melihat ada anugerah Tuhan yang kita untuk melakukan fungsi kita sebagai isteri. Berkat di balik penundukan diri itu luar biasa, kita bisa melihat contoh pada sosok Sarah, isteri Abraham ( Kejadian 12:14-17) ketaatan Sarah membuat ia melihat pembelaan Tuhan dalam hidupnya, inilah mukjizat penundukan diri. Semakin kita tidak menundukan diri, kita tidak akan melihat mukjizat bahkan hati kita akan semakin pahit.

Walaupun suami kita belum hidup taat kepada firman Tuhan namun kita tetap wajib menundukan diri kita kepada suami, mengapa?? Supaya suami kita dimenangkan oleh perilaku kita dan bukan oleh kata-kata kita. Apabila suami kita taat pada firman Allah maka jadikan ia sebagai imam dan kepala rumah tangga yang saleh. Sebagai isteri kita harus terus menundukan diri dengan cara mendorong suami untuk hidup saleh.

Penundukan diri adalah jati diri seorang isteri, walaupun sebagai isteri kita hebat (tingkat pendidikan kita lebih tinggi dari suami, penghasilan kita lebih besar dari suami, jabatan kita lebih tinggi dari suami dll nya) tidak berarti kita yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga atau menjadi pemimpin suami. Tapi muncul pertanyaan, bagaimana jika suami bukanlah tipe pemimpin?? Kita harus tetap mengambil posisi di belakangnya untuk mendukungnya. Jati diri seorang isteri adalah menjadi seorang penolong yang sepadan bagi suami.

Jati diri kita sebagai wanita adalah sebagai tulang rusuk yang menuntut kita untuk tidak memberontak. Janganlah kita mempertahankan hak agar tidak muncul dosa pemberontakan, milikilah sikap sebagai hamba Allah sejati.
Jika kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, inilah janji firman Tuhan : Jika kita menabur dengan mencucurkan air mata maka sesuai dengan janjiNya maka kita akan menuai dengan sorak sorai! Amien.jerih lelah tidak akan sia-sia bersama Tuhan.
YANG BERULANG TAHUN MINGGU INI
Segenap Gembala,Majelis dan Jemaat mengucapkan selamat ulang tahun kepada :
ANGELIA CALLISTA KHO yang berulang tahun pada tanggal 17 JUNI
● IBU FITRIANI/AING  yang berulang tahun pada tanggal 21 JUNI
● IBU SUHERTINI  yang berulang tahun pada tanggal 21 JUNI

† TUHAN YESUS MEMBERKATI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warta Jemaat 16 September 2018

Ringkasan Khotbah 9 September 2018 TEMA  : Kehadiran Allah dalam rumah kita AYAT POKOK  : Keluaran 25:10-22 PEMBICARA  :  Pdt. O...

Popular Posts